Campuran Senyawa dalam Perspektif Kehidupan Beragama

Istilah Kimia kita mengenal suatu senyawa, dimana senyawa dapat bergabung menjadi suatu bentuk yang baru disebut campuran. Campuran ada yang homogen dan ada yang heterogen. Campuran homogen adalah campuran senyawa yang terbentuk yang terdiri atas zat terlarut dan zat pelarut yang tidak dapat dibedakan dari penyusunnya. Ketika suatu senyawa bercampur maka terbentuk suatu senyawa baru, dimana tidak bisa dibedakan lagi senyawa yang membentuk campuran. Campuran tersebut dapat diketahui sifat dari senyawa asalnya misalnya larutan gula. Sifat manis dari gula menunjukkan adanya zat gula sebagai zat terlarut, sedangkan zat pelarutnya adalah air yang bersifat dapat mengencerkan dan melarutkan zat gula sebagai zat terlarut. Sifat yang dimiliki senyawa asal sebelum bercampur masih tetap ada yang diperlihatkan atau dimiliki ketika sudah mengalami pencampuran, namun bentuk dari senyawa tersebut sudah tidak bisa dibedakan yang mana sebagai zat terlarut dan yang mana sebagai pelarut. Campuran heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih senyawa dimana hasilnya masih bisa dibedakan antara zat terlarut dengan pelarutnya terutama bentuk dari komposisi campuran yang terbentuk. Misalnya campuran beton yang terdiri atas air, pasir, kerikil dan semen dengan perbandingan tertentu. Semakin bagus perbandingan komposisinya semakin kuat dari beton tersebut yang akan terbentuk, sebelum mengalami pengerasan dari campuran beton tersebut masih dapat dibedakan komposisinya dan masih dapat dilihat bentuknya dalam bentuk cair, padat atau gas. Sedangkan zat pelarutnya adalah air tetap dapat dilihat wujudnya berupa cair kurang lebih sama bentuk awalnya. Mengutip tulisan Prof Hamdan Juhannis hari Selasa, 11 Maret 2025 beberapa pekan lalu, yang membahas mengenai campuran dalam perpektif kehidupan beragama, misalnya seorang istri yang cerewet maka suami haruslah menjadi pendiam atau banyak senyum atau ketawa tetapi tidak sampai ketawa atau senyum terus-menerus. Seorang suami sekali-kali pula menjadi banyak bercerita mengenai keadaan tempat kerjanya atau masalah lainnya tetapi disini suami perlu melihat situasi atau keadaan apakah istrinya berada dalam kondisi yang bagus, misalnya apakah sudah diberikan bonus atau belum terutama pada masa efesiensi. Suami-istri yang sama-sama cerewet dan tidak saling mengalah sehingga terjadi kesalahpahaman tiap hari, maka dalam pencampurannya dapat menjadi renggang dan kehidupannya menjadi susah karena pencampurannya yang tidak maksimal karena tidak adanya hormon oksitosin yang diproduksi dari dalam tubuhnya sehingga membuat mereka kurang bahagia atau tidak memiliki rasa saling menyayangi antara satu dengan yang lain. Kehidupan manusia antara suami-istri dapat terjalin suatu ikatan dan keharmonisan yang baik karena terciptanya suatu chemistry yang baik. Adanya hormon oksitosin yang diproduksi di hipotalamus pada otak dan disekresikan ke dalam aliran darah melalui kelenjar pituitari posterior yang dapat meningkatkan rasa bahagia dan saling menyayangi, sehingga dalam pencampurannya dengan sifat yang dimiliki oleh seorang suami dengan istrinya, dapat terbentuk suatu hubungan atau ikatan keharmonisan dan kekeluargaan yang baik serta kebahagiaan mawaddah warahmah. Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga kita semua sehat dan sukses selalu. Aamiin

Dr.Muhammad Syahrir,S.Pd., M.Si. (Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNM)

3/13/20251 min read